Minggu, 15 Desember 2013

Anak Berulah Di Tempat Umum ?



FotoSimak tips ini: Tujuan pendidikan anak, pada akhirnya adalah supaya anak berhasil. Kecerdasan Emosi (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (ESQ) mempengaruhi 80% keberhasilan mereka nantinya.
Karena itu dalam beberapa edisi kedepan, saya akan bahas, bagaimana menanam Kecerdasan Emosi dan Spiritual pada anak. Kecerdasan Emosi dibagi menjadi Intra Personal Intelligence (Kemampuan seseorang berhubungan dengan diri sendiri) dan Inter Personal Intelligence (Kemampuan seseorang berhubungan dengan orang lain). Intra Personal Intelligence dibagi lagi menjadi Self Control dan Self Image (Gambar Diri). Edisi kali ini saya hanya akan bahas, bagaimana mendidik anak, kecerdasan emosi, dalam aspek ‘self control’, kemampuan seseorang menguasai emosinya, menguasi dirinya, kemauannya, hatinya dan semangatnya. Ajar anak untuk bisa menunda apa yang dia maui, misal jangan langsung memberikan atau membelikan jika anak minta sesuatu, misal minta mainan. Ajar anak menunda keinginannya, tidak harus segera, dia akan belajar menguasai keinginan. Kita bisa sekaligus mengajarkan ‘kecerdasan spiritualnya’ selain ‘self control’-nya dengan meminta dia berdoa; “Nak, berdoa ya ... kepada Tuhan, berdoa supaya papa-mama diberkati, TUHAN dengar doamu, karena DIA mengasihimu”. Beberapa hari, atau minggu atau bulan, (sesuai dengan apa dan nilai yang diminta), jika akan memberikan, katakan; “Nak ... Tuhan sudah menjawab doamu, bersyukur kepada Tuhan, sekarang papa-mama bisa membelikan.” Kadang anak memaksa minta sesuatu dan jika tidak diberikan akan menangis, berulah di Plaza, di Mall, di Toko, merengek bahkan menangis atau gulung-gulung di lantai meminta sesuatu. Orang tua merasa malu, lalu menuruti kemauan anak, dan hal itu menjadi semacam ‘‘ilmu’’ ‘’model’’ bagi si anak, ‘jurus’ bagi si anak untuk mendapatkan sesuatu. Orang tua tidak perlu malu untuk mendidik anaknya, dengan mengatakan ’tidak’ untuk permintaan yang tidak perlu, bahkan jika perlu ‘mendisiplin’. Anak harus dididik bahwa tidak setiap permintaan akan dipenuhi saat itu juga. Ini cara untuk anak belajar memiliki ‘self control’ atau penguasaan diri. Memang mereka akan menangis, sekali, dua kali mungkin 7 kali tetapi tidak yang ke 8, itu wajar, anak akan belajar di kemudian hari. Jika anak ‘berulah’ maka tetap didik dia walaupun di plaza atau tempat umum, tetapi jangan kita yang ‘mengomel’ dan ‘memarahi’ dengan unsur ‘menyerang pribadi’ di depan umum, apalagi di depan teman-temannya. Saya berikan contoh pengalaman saya sendiri. Suatu saat saya membawa anak-anak saya ke Bintaro Plaza tidak jauh dari rumah saya, dan anak saya minta eksrim. Karena musim pancaroba banyak anak batuk dan pilek, kami tau anak saya terkecil sensitif, jika makan eskrim dan yang manis-manis, hampir pasti akan batuk, maka kami tidak membelikannya, dan dia nangis gulung-gulung di plaza. (Makanan dan minuman yang bergula banyak, mengurangi 20% kinerja darah putih membunuh mikroba, sehingga daya tahan tubuh berkurang dan anak menjadi mudah sakit) Sementara itu banyak orang yang mengenal saya dan lewat sambil berkata : “Slamat malam Pak Jarot” Wahh saya bergumul, malu, karena saya menulis buku dan memimpin seminar soal ‘mendidik anak’, seminar keluarga dll, tetapi anak saya ‘ber-ulah’ di plaza. Saya bergumul, ini tidak mudah bagi saya dan saya putuskan untuk tetap TIDAK terhadap permintaannya, karena saya lebih mencintai anak saya daripada ‘reputasi’ saya. Terus terang ini tidak mudah, sampai-sampai rasa-rasanya malas ajak anak-anak ke plaza, nanti ber-ulah lagi dan bikin malu. Atau kalau mau gampangnya, ya belikan saja apa yang diminta dan beres, tidak akan muncul masalah. Tetapi sebagai ‘pendidik’ saya mengerti, ‘menunda’ atau ‘menolak’ permintaan anak, untuk tujuan tertentu itu perlu, dan ternyata ketika diterapkan anak menangis dan ber-ulah. Saya tetap ‘konsisten’ untuk ’tidak’, maka satu kali, dua kali, lima kali, lama-lama anak mengerti ‘pola’ yang kita ajarkan bahkan mengerti mengapa tidak boleh, itu demi kesehatan mereka dan tidak berulah lagi. Sekarang anak-anak kami, tumbuh menjadi anak yang manis dan baik, memiliki penguasaan diri, bahkan kalau meminta sesuatu sangat sopan, atau kadang dalam doa bersama, dalam doa keluarga, dia sampaikan keinginannya dalam doa, sehingga kami orang tua yang justru ‘terharu’ dan mengajaknya ke plaza untuk membelikan, karena sudah beberapa hari dia berdoa meminta hal yang sama dalam doanya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo Bapak Ibu yang ingin sharing tentang pendidikan anak, bisa lewat blog ini atau email:rumahfaqih@gmail.com