Sabtu, 14 Desember 2013

Mendidik Tidak Takut GAGAL.




Berikut ini saya ambil tulisan dari Dr.Ir.Fuxie Msi: (buku CITRA DIRI) Sebenarnya kegagalan adalah hal yang biasa. Semua orang yang sekarang ini hidupnya berhasil, adalah orang-orang yang pernah mengalami cukup banyak kegagalan. Itu sebabnya seorang ‘pemenang’ tidaklah perlu merasa malu atau merasa terpukul kalau mengalami kegagalan.
Karena dia berpikir, “Toh saya pernah berhasil dan lain kali saya akan berhasil lagi.” Tapi, orang yang punya citra diri buruk menganggap peristiwa kegagalan adalah pukulan yang berat bagi dirinya. Dia berpikir, “Apa kata orang kalau mereka tahu bahwa saya gagal.” Itu sebabnya dia menghindari kegagalan.

Dia berupaya bagaimana caranya supaya saya tidak gagal. Dan karena dia takut gagal maka cara yang paling gampang dan umum dilakukan yaitu: tidak berani mencoba. Padahal dengan tidak berani mencoba maka orang tersebut tidak akan mengalami kemajuan dan tidak akan berhasil. Tanpa dia sadari justru keputusan dia untuk tidak berani membuat kegagalan adalah suatu bentuk kegagalan yang lebih besar lagi. Seperti dikatakan oleh Elbert Hubbard, “The greatest mistake a person can make is to be afraid of making one.” (Kesalahan terbesar yang dibuat oleh seorang yaitu: takut untuk membuat kesalahan.)

Peter F. Drucker yang disebut sebagai ‘Bapa Manajemen Modern’ mengatakan, “The better a man is, the more mistakes he will make, for the more things he will try. I would never promote into a toplevel job a man who was not making mistakes ..... He is sure to be mediocre.” (Semakin baik seseorang, maka semakin banyak kesalahan yang akan dia buat, karena semakin banyak hal-hal yang akan dia coba. Saya tidak akan mau memberikan jabatan pimpinan-puncak kepada seorang yang tidak berani melakukan kesalahan ..... Pastilah dia orang yang biasa-biasa saja.)

Untuk hal ini kita harus membedakan antara peritiswa kegagalan dan orang yang gagal (pecundang atau the looser). Kalau seorang mengalami ke-gagal-an, bukan berarti dia adalah orang yang gagal. Itu adalah ‘peristiwa gagal’. Kalaupun dia mengalami beberapa kali kegagalan, itupun bukan berarti dia orang yang gagal atau orang yang selalu gagal. Jangan men-generalisasi-kan kegagalan. Kalau seorang mengalami kegagalan, katakan saja, “Saya belum berhasil.” Jangan mengatakan, “Saya ini orang yang selalu gagal.” Saya pernah mendengar seorang yang mengalami beberapa kali kegagalan dan berkata, “Saya ini mesti saja gagal. Justru pas saya mau berhasil, mesti saja ada sesuatu yang membuat saya gagal. Memang saya orang yang selalu gagal.”

Nah, sikap semacam ini membuat kegagalan sebagai status dia. Dia sendiri yang membuat label “orang yang gagal” menjadi gelar dia. Pada saat dia akan berhasil, dia berpikir, “Nah, sekarang apa lagi yang akan membuat saya gagal.” Karena dia mencari-cari apa yang akan membuat dia gagal, maka muncullah apa yang dia cari tadi. Dan dia pun berkata, “Betulkan apa yang saya pikirkan. Pasti ada saja yang membuat saya gagal.” Ini adalah sikap yang tidak benar. Kegagalan terjadi karena dia sendiri yang mencari-cari kegagalan. Kenapa dia berbuat demikian? Karena dia percaya bahwa dia adalah orang yang gagal dan tidak mungkin berhasil. Inilah sikap dari orang yang mempunyai citra diri rendah.

Banyak orang besar dan berhasil yang kita kenal sekarang ini, adalah orang yang mengalami banyak kegagalan dalam hidupnya. Namun demikian, mereka bangkit lagi. Mereka berpikir bahwa kegagalan adalah suatu pengalaman yang harus mereka lalui dalam hidup mereka. Mereka maju terus, memperbaiki diri dan berhasil. Mari kita melihat catatan kehidupan dari seorang yang sering mengalami kegagalan dalam hidupnya berikut ini:

* Tahun 1816 Keluarganya diusir dari rumahnya.
* Tahun 1818 Ibunya meninggal dunia
* Tahun 1831 Gagal dalam bisnis.
* Tahun 1832 Kalah dalam pemilihan anggota Dewan Legislatif. Ia kehilangan pekerjaan. Ia ingin sekolah hukum, tetapi tidak diterima.
* Tahun 1833 Meminjam uang untuk mulai bisnis, dan bangkrut pada th yg sama. Ia harus melunasi hutangnya selama 17 th.
* Tahun 1834 Terpilih menjadi anggota Dewan Legislatif.
* Tahun 1835 Bertunangan tapi kemudian tunangannya meninggal dan ia patah hati.
* Tahun 1836 Mengalami nervous breakdown dan harus berbaring selama 6 bulan.
* Tahun 1838 Ingin menjadi Ketua Dewan Legislatif, tapi gagal.
* Tahun 1840 Ingin menjadi Elektor, tetapi gagal.
* Tahun 1842 Menikah. Hanya satu dari 4 anak laki-lakinya yang hidup sampai lewat 18 tahun.
* Tahun 1843 Ingin menjadi anggota Kongres, tetapi gagal.
* Tahun 1846 Berhasil menjadi anggota Kongres.
* Tahun 1848 Gagal untuk dipilih sebagai anggota Kongres.
* Tahun 1849 Melamar pekerjaan Land Officer, tetapi ditolak
* Tahun 1854 Ingin menjadi anggota Senat, tetapi gagal.
* Tahun 1856 Mencalonkan diri untuk Wakil Presiden, hanya mendapat kurang dari 100 suara.
* Tahun 1858 Ingin menjadi anggota Senat lagi, tetapi kalah.

Sebelum saya melanjutkan kisah hidup orang ini, saya mau memberitahukan nama orang ini yaitu Abraham Lincoln. Dan kemudian pada tahun 1860 dia mengikuti pemilihan Presiden Amerika dan terpilih menjadi Presiden. Abraham Lincoln sering gagal, tapi sejarah mencatat bahwa dia bukanlah orang yang gagal. Dia orang yang TIDAK TAKUT GAGAL.

Satu kunci keberhasilannya yaitu ia tidak melihat kegagalan sebagai satu kejatuhan ataupun akhir dari segalanya. Tentang jalan hidupnya Lincoln berkata: “Jalan hidup saya jelek dan licin. Kaki saya sering kali tergelincir, tetapi saya bangun kembali dan mengatakan kepada diri saya sendiri, ‘Ini hanyalah tergelincir saja bukan suatu kejatuhan.’”

Salah satu cara yang baik untuk menghadapi kegagalan yaitu dengan tidak berusaha untuk menyembunyikannya. Dalam hidup, kita akan melakukan satu atau dua kesalahan yang besar dan bahkan memalukan. Tendensi manusia yaitu menyembunyikan atau merahasiakannya, supaya ia tidak akan dipermalukan atau ditolak.

Menyembunyikan “kegagalan yang memalukan “ tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi bahkan menambah beban hidup kita. Kita menjadi tegang dan merasa takut kalau orang mengetahui rahasia hidup dan kegagalan kita. Dengan demikian kita akan semakin menekan dan menguburnya di dalam kehidupan kita.

Ini bukan berarti bahwa kita perlu memberitahukan atau mengumumkan kegagalan kita kepada setiap orang. Tetapi hal terbaik yang dapat kita lakukan dalam menghadapi kegagalan yaitu belajar untuk menerimanya dan bertumbuh dari kegagalan tersebut. Seorang yang dewasa adalah seorang yang dapat menerima kekurangan dan kegagalan hidupnya, dan terus maju

Untuk anak-anak, didik anakmu untuk menerima kegagalan secara wajar, jangan dimarahi jika anak gagal ketika ikut suatu lomba, juga jangan berdemo ke panitia dan memprotes kekalahan anakmu, ini hanya membuat anakmu belajar untuk tidak bisa menerima kegagalan. Beberapa anak tidak bisa menerima kekalahan, akhirnya orang tua terpaksa memberikan ‘hadiah’ yang dibeli sendiri dan meminta panitia untuk ‘memberikan’ ke anaknya, seolah-olah anaknya menjadi pemenang. Ini bukan mendidik yang baik.
sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=728228370521687&set=a.170949146249615.42761.132129236798273&type=1&theater

1 komentar:

  1. "Tanpa dia sadari justru keputusan dia untuk tidak berani membuat kegagalan adalah suatu bentuk kegagalan yang lebih besar lagi."
    =======================================================
    Suka banget dengan quote yg ini..

    BalasHapus

Monggo Bapak Ibu yang ingin sharing tentang pendidikan anak, bisa lewat blog ini atau email:rumahfaqih@gmail.com